Portofolio

Sinopsis Beberapa Buku Penulis:

Judul               : Syaikh Abdurrahim Abdullah: Peri Hidup

   Ulama Negeri Langkat

Tahun Terbit   : 2021

Penerbit          : Khazanah Santri Indonesia

Penulis            : Samsul Bahri

 

Buku ini mengurai tentang sejarah hidup Syaikh Abdurrahim Abdullah, seorang ulama bekas mufti Kesultanan Langkat. Ia lahir di Tanjung Pura, Langkat tahun 19896 dan wafat pada tahun 1979. Syaikh Abdurrahim Abdullah adalah ayahanda dari akademisi ITB dan sekaligus tokoh Nasional yakni Dr. Muhammad Imaduddin Abdurrahim (Bang Imad). Syaikh Abdurrahim Abdullah menempuh pendidikan di Madrasah Jam’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura dan melanjutkan ke Universitas Al-Azhar di Mesir. Beberapa muridnya yang terkenal antara lain Adam Malik (bekas Wapres RI), H. Hamdan Abbas (Ketua MUI Sumut), Prof. Mariam Darus, SH, dan Prof. Djohar Arifin Husin. Disamping menjadi politisi ia juga merupakan pengajar di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan. Selain tokoh pendidikan ia juga adalah pejuang kemerdekaan Indonesia. Tahun 1955 ketika Pemilu pertama dilaksanakan, Syaikh Abdurrahim Abdullah terpilih menjadi anggota Konstituante dari Partai Masyumi. Pada masa Orde Lama ia pernah ditahan dengan tuduhan terlibat DI/TII pimpinan Daud Beureueh di Aceh meskipun hingga bebasnya tidak bisa dibuktikan melalui proses hukum di lembaga pengadilan.

 

Judul               : Tanoh Alas Negekhi Metuah: Menelusuri Bumi

  Sepakat Segenep Kabupaten Aceh Tenggara    

  dalam Berbagai Tinjauan

Tahun Terbit   : 2022

Penerbit          : Gema Ihsani

Penulis            : Samsul Bahri

 

Buku ini mengurai tentang Kabupaten Aceh Tenggara dengan menggunakan tinjauan yang beragam sebanyak 12 topik. Mulai dari pra kemerdekaan yakni era Kejuruan Bambel dan Batu Mbulan, era kolonial Belanda, Jepang, serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Buku ini juga mengurai tentang etnis Alas sebagai penduduk utama di Aceh Tenggara. Selain itu juga diurai persoalan masa konflik Provinsi Aceh yang juga berdampak ke Aceh Tenggara yakni DI/TII pimpinan Tgk. Mohammad Daud Beureueh dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pimpinan Hasan Tiro. Selain tema sejarah dan politik buku ini juga mengurai Aceh Tenggara dari aspek sosial dan etnis yakni alam Aceh Tenggara dalam hal ini gunung Leuser dan sungai Alas serta etnis-etnis yang eksis di Aceh Tenggara dengan keberagamannya, mulai dari Alas, Gayo, Batak Toba, Minangkabau, Aceh, Karo, Singkil, Pakpak, Mandailing, Jawa, dan Nias.

Judul               : Ulama Mandailing dalam Pentas Sejarah

    Tanah Deli

Tahun Terbit   : 2023

Penerbit          : Prokreatif

Penulis            : Samsul Bahri

 

  

Buku ini mengurai tentang sejarah ulama-ulama Mandailing di kawasan Melayu tepatnya di Tanah Deli atau Kota Medan. Ada 12 ulama yang dibahas yakni Syaikh Ja’far Hasan (1880-1950), Syaikh Qadhi M. Ilyas (1883-1936), Syaikh Muhammad Yunus (1889-1950), Syaikh Maksum Siregar (1903-1980), Syaikh Mahmud Syihabuddin (1903-1996), Syaikh Muhammad Arsyad Thalib Lubis (1908-1972), Syaikh Abdurrahman Syihab (1910-1955), Syaikh Al-Fadhil H. Adnan Lubis (1910-1966), Syaikh Zainal Arifin Abbas (1912-1979), Syaikh Abu Bakar Ya’cub (1915-1982), Syaikh Azra’i Abdurrauf (1918-1993), dan Syaikh Hamdan Abbas (1920-2002). Selain membahas profil ulamanya, juga membahas hubungan tanah Mandailing dengan Minangkabau dan Makkah sebagai jalur transmisi keilmuan. Dalam buku ini juga dibahas tentang lembaga pendidikan yang didirikan oleh etnis Mandailing di Medan yakni Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) dan organisasi Al-Jam’iyatul Washliyah (berdiri tahun 1930) yang menjadi penggerak utamanya adalah etnis Mandailing. Pada bahasan terakhir penulis juga melengkapi dengan menyajikan direktori ulama-ulama di Sumatera Utara sebagai wawasan singkat kepada pembaca.

 

 

Judul               : Buya Hamka di Kota Medan (1936-1945)

Tahun Terbit   : 2023

Penerbit          : Prokreatif

Penulis            : Samsul Bahri

  

Buku ini mengurai tentang kisah ulama besar Indonesia yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) selama hidup di Kota Medan yakni sejak tahun 1936-1945. Sebelum membahas Hamka di Medan, penulis juga menyinggung profil Hamka sebagai anak ulama besar dani tokoh pembaharu Minangkabau yakni Haji Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul. Kemudian sedikit membahas perjalanan Hamka di pulau Jawa hingga ke Makkah dan statusnya sebagai pemimpin muda Muhammadiyah di kampung halamannya. Ada lima hal yang dibahas selama Hamka di Kota Medan. Pertama, kiprahnya dalam memajukan majalah Pedoman Masyarakat sehingga menjadikannya sebagai tokoh pers dan pengarang penting di Medan. Kedua, posisinya sebagai ketua (konsul) Muhammadiyah Sumatera Timur. Ketiga, lika-liku ketika berhadapan dengan Jepang. Keempat, puncak kepahitan hidupnya hingga harus meninggalkan Medan. Kelima, mengurai tentang sahabat-sahabat Hamka ketika di Medan, mulai dari Adinegoro, Bustami Ibrahim, Abdurrahman Syihab, Abdullah Afifuddin, dan Zainal Arifin Abbas.

 

Judul               : Ulama Minangkabau dalam Pentas Sejarah

   Tanah Deli

Tahun Terbit   : 2023

Penerbit          : Prokreatif

Penulis            : 1. Samsul Bahri

                          2. Ade Afni

 

  

Buku ini mengurai tentang sejarah ulama-ulama etnis Mandailing di kawasan Melayu tepatnya di Tanah Deli atau Kota Medan. Ada 9 ulama yang dibahas yakni Muhamad Bustami Ibrahim (1907-1976), Hamka (1908-1981), Mahyaruddin Salim (1912-1997), Joesoef Sou’yb (1916-1993), Mansyur Luthan (1921-1985), Saldin Saleh (1923-2007), Djamaluddin Ahmad (1923-1997), Anas Nurdin (1936-1999), dan Firdaus Naly (1944-2023). Selain membahas profil ulama yang dimaksud, buku ini juga menyinggung tentang kiprah Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi sebagai maha guru bagi ulama-ulama Nusantara yang belajar agama Islam di Makkah termasuk mereka-mereka pelajar dari Minangkabau. Pembahasan lain adalah persoalan dinamika keagamaan di Minangkabau yakni pertentangan antara kaum tradisionalis dengan modernis yang gaungnya juga sampai ke Tanah Deli. Ada juga mengulas tentang hubungan etnis Minangkabau dengan Muhammadiyah di Kota Medan.

 

 

 


DZIKIR & KEHAMPAAN

 When we understand quantum physics, at the atomic level, there is empty space between the nucleus and the electrons.  And... Our bodies are...